video tentang Budha dharma Manusia dan Alam
<iframe height="480" src="https://drive.google.com/file/d/1BN4pgkbIP3ILU0iOuGKWZjFgASpFYayV/preview" width="640"></iframe>
<iframe height="480" src="https://drive.google.com/file/d/1BN4pgkbIP3ILU0iOuGKWZjFgASpFYayV/preview" width="640"></iframe>
<iframe height="480" src="https://drive.google.com/file/d/1BN4pgkbIP3ILU0iOuGKWZjFgASpFYayV/preview" width="640"></iframe>
penjelasan kedua bante menjelaskan tentang kesuksesan
1. Sukses sering menjadi identik dengan bahagia. Orang yang bahagia dipersepsikan orang yang sukses. Bahagia dan sukses menjadi obsesi setiap orang.
2. Sukses berarti pula terpenuhinya kebutuhan primer: makanan, pakaian, tempat tinggal dan obat-obatan.Seiring dengan kemampuan dan keinginan manusia, kebutuhan itu kemudian meningkat, seperti: pendidikan, hiburan, kendaraan dan sebagainya.
3. Untuk memenuhi kebutuhannya itu, manusia tidak hanya harus mempunyai pengetahuan dan keterampilan tetapi juga sikap mental yang tangguh. Oleh karenanya harus ada persiapan mental yang tepat agar bisa bekerja dengan baik. Manusia mempunyai kemampuan dan kesempatan yang amat luas untuk meningkatkan kualitas mentalnya dalam mencapai tujuan.
4. Tidak ada tempat bagi kita untuk menggantungkan ataupun berserah diri. Keberhasilan atau kemunduran dalam kehidupan ini adalah tanggung jawab kita masing-masing. Berserah diri akan menghancurkan sikap kemandirian.
<iframe height="480" src="https://drive.google.com/file/d/1EXLfyBF62e1EHEkuP-bu5uzZ1GajeILP/preview" width="640"></iframe>
Di dalam Buddha-Dhamma dikenal adanya dua siklus dunia tempat kita hidup :
1. Siklus naik.
2. Siklus turun.
Satu siklus kelahiran kembali dunia ( Mahakappa : Satu Kappa Besar ) dibagi menjadi 4 fase:
1. Fase Kekosongan,
2. Fase “ Penciptaan “ ,
3. Fase statis / kediaman ,
4. Fase Kerusakan ( Kiamat ).
Masing-masing fase tersebut disebut “Kappa-Menengah”. Kappa-menengah terdiri dari dua-puluh ( 20 ) kappa-kecil. Kappa-kecil pertama disebut kappa-turun, dan kappa-kecil terakhir ( yang ke-20 ) disebut kappa naik. Delapan-belas ( 18 ) kappa-kecil di antara kappa-turun dan kappa-naik merupakan siklus yang terdiri atas paruh-pertama naik dan paruh-kedua turun. Diperlukan waktu dua-puluh ( 20 ) kappa-kecil untuk fase kekosongan, dan 20 kappa kecil untuk fase “penciptaan” alam-semesta tempat kita hidup ini. Waktu permulaan zaman dari fase kediaman, awal kemunculan manusia di bumi, jangka kehidupan mereka rata-rata adalah “tak-terhingga”,, lalu turun secara perlahan-lahan ( dimana sekarang ini rata-rata umur manusia adalah 70 tahun ) hingga suatu saat akan mencapai umur rata-rata hanya sepuluh ( 10 ) tahun, dan saat tercapainya ini adalah disebut dengan “utkarsa” : fase-turun, maka itu kappa-pertama disebut kappa-turun. Setelah itu diikuti dengan delapan-belas ( 18 ) kappa-kecil dimana jangka kehidupan rata-rata manusia perlahan-lahan naik ke delapan-puluh-ribu ( 80.000 ) tahun , dan fase ini disebut “apakarsa” : fase-naik. Lalu setelah apakarsa kemudian rata-rata kehidupan manusia akan turun lagi menjadi selama sepuluh ( 10 ) tahun ( kembali ke “utkarsa” ; fase-turun ). Maka dari itu delapan-belas ( 18 ) kappa kecil itu disebut kappa naik-turun. Setelah jangka kehidupan rata-rata manusia mencapai sepuluh ( 10 ) tahun di akhir kappa kecil ke-19, jangka kehidupan manusia rata-rata naik kembali secara perlahan-lahan menjadi delapan-puluh-ribu ( 80.000 ) tahun , yaitu kembali pada “apakarsa” ; fase-naik. Dalam beberapa teks Buddhis, kata “perlahan-lahan” artinya jangka kehidupan rata-rata manusia naik/turun 1 tahun setiap kurun waktu seratus ( 100 ) tahun, tergantung apakah zaman itu dalam fase naik atau fase turun. Pada saat terjadi apakarsa ( fase-naik ), maka tidak akan ada kemunculan seorang BUDDHA, karena manusia hidup lebih lama di dunia yang relatif makmur sehingga mereka telah puas dan tak berminat mendengarkan ajaran Buddha. Buddha hanya akan muncul pada fase turun, tapi tidak muncul saat jangka kehidupan manusia telah jatuh dibawah titik jangka kehidupan kritis, saat sikap dan mental manusia sangat inferior sehingga tidak bisa menerima ajaran Buddha. Jangka kehidupan kritis ditafsirkan beraneka ragam, ada yang menafsirkannya sebagai seratus ( 100 ) tahun, delapan-puluh ( 80 ) tahun, bahkan tiga-puluh ( 30 ) tahun. Zaman dibawah jangka kehidupan kritis disebut zaman kegelapan, yang dalam agama lain disebut “Akhir-Zaman”.
https://www.youtube.com/watch?v=vQp3oy2DFNMPenjelesan Pertama
Surga adalah tempat sementara di mana mereka yang telah berbuat baik mengalami lebih banyak kesenangan inderawi selama jangka waktu yang lebih lama. Neraka adalah tempat sementara lainnya di mana para pelaku kejahatan mengalami lebih banyak penderitaan fisik dan mental. Tidak dapat dibenarkan untuk percaya bahwa tempat-tempat semacam itu adalah abadi. Tidak ada Tuhan di belakang layar surga dan neraka. Setiap orang mengalami kesakitan atau kesenangan tergantung dari kamma baik dan buruknya. Menurut Budha, dalam neraka akan terbakar oleh sebelas jenis kesakitan fisik dan mental: nafsu, kebencian, khayalan, derita, kehancuran, kematian, kecemasan, ratapan, rasa sakit, kemurungan, dan kesedihan. Definisi surga dan neraka adalah di mana pun ada lebih banyak penderitaan, baik di dunia maupun di tempat lain, tempat itu adalah neraka bagi yang menderita.Dan di mana ada lebih banyak kebahagiaan atau kesenangan baik di dunia maupun di tempat keberadaan lain, tempat itu adalah surga bagi mereka yang menikmati kehidupan duniawinyadi tempat itu. Karena alam manusia adalah campuran dari penderitaan dan kebahagiaan, manusia mengalami keduanya dan akan dapat menyadari sifat sejati kehidupan.<iframe height="480" src="https://drive.google.com/file/d/1BN4pgkbIP3ILU0iOuGKWZjFgASpFYayV/preview" width="640"></iframe>
penjelasan kedua bante menjelaskan tentang kesuksesan
1. Sukses sering menjadi identik dengan bahagia. Orang yang bahagia dipersepsikan orang yang sukses. Bahagia dan sukses menjadi obsesi setiap orang.
2. Sukses berarti pula terpenuhinya kebutuhan primer: makanan, pakaian, tempat tinggal dan obat-obatan.Seiring dengan kemampuan dan keinginan manusia, kebutuhan itu kemudian meningkat, seperti: pendidikan, hiburan, kendaraan dan sebagainya.
3. Untuk memenuhi kebutuhannya itu, manusia tidak hanya harus mempunyai pengetahuan dan keterampilan tetapi juga sikap mental yang tangguh. Oleh karenanya harus ada persiapan mental yang tepat agar bisa bekerja dengan baik. Manusia mempunyai kemampuan dan kesempatan yang amat luas untuk meningkatkan kualitas mentalnya dalam mencapai tujuan.
4. Tidak ada tempat bagi kita untuk menggantungkan ataupun berserah diri. Keberhasilan atau kemunduran dalam kehidupan ini adalah tanggung jawab kita masing-masing. Berserah diri akan menghancurkan sikap kemandirian.
<iframe height="480" src="https://drive.google.com/file/d/1EXLfyBF62e1EHEkuP-bu5uzZ1GajeILP/preview" width="640"></iframe>
penjelasan ketiga bante tentang manusia
penjelasan ke empat tentang kiamat dalam agama hindu
KIAMAT MENURUT BUDDHA-DHAMMADi dalam Buddha-Dhamma dikenal adanya dua siklus dunia tempat kita hidup :
1. Siklus naik.
2. Siklus turun.
Satu siklus kelahiran kembali dunia ( Mahakappa : Satu Kappa Besar ) dibagi menjadi 4 fase:
1. Fase Kekosongan,
2. Fase “ Penciptaan “ ,
3. Fase statis / kediaman ,
4. Fase Kerusakan ( Kiamat ).
Masing-masing fase tersebut disebut “Kappa-Menengah”. Kappa-menengah terdiri dari dua-puluh ( 20 ) kappa-kecil. Kappa-kecil pertama disebut kappa-turun, dan kappa-kecil terakhir ( yang ke-20 ) disebut kappa naik. Delapan-belas ( 18 ) kappa-kecil di antara kappa-turun dan kappa-naik merupakan siklus yang terdiri atas paruh-pertama naik dan paruh-kedua turun. Diperlukan waktu dua-puluh ( 20 ) kappa-kecil untuk fase kekosongan, dan 20 kappa kecil untuk fase “penciptaan” alam-semesta tempat kita hidup ini. Waktu permulaan zaman dari fase kediaman, awal kemunculan manusia di bumi, jangka kehidupan mereka rata-rata adalah “tak-terhingga”,, lalu turun secara perlahan-lahan ( dimana sekarang ini rata-rata umur manusia adalah 70 tahun ) hingga suatu saat akan mencapai umur rata-rata hanya sepuluh ( 10 ) tahun, dan saat tercapainya ini adalah disebut dengan “utkarsa” : fase-turun, maka itu kappa-pertama disebut kappa-turun. Setelah itu diikuti dengan delapan-belas ( 18 ) kappa-kecil dimana jangka kehidupan rata-rata manusia perlahan-lahan naik ke delapan-puluh-ribu ( 80.000 ) tahun , dan fase ini disebut “apakarsa” : fase-naik. Lalu setelah apakarsa kemudian rata-rata kehidupan manusia akan turun lagi menjadi selama sepuluh ( 10 ) tahun ( kembali ke “utkarsa” ; fase-turun ). Maka dari itu delapan-belas ( 18 ) kappa kecil itu disebut kappa naik-turun. Setelah jangka kehidupan rata-rata manusia mencapai sepuluh ( 10 ) tahun di akhir kappa kecil ke-19, jangka kehidupan manusia rata-rata naik kembali secara perlahan-lahan menjadi delapan-puluh-ribu ( 80.000 ) tahun , yaitu kembali pada “apakarsa” ; fase-naik. Dalam beberapa teks Buddhis, kata “perlahan-lahan” artinya jangka kehidupan rata-rata manusia naik/turun 1 tahun setiap kurun waktu seratus ( 100 ) tahun, tergantung apakah zaman itu dalam fase naik atau fase turun. Pada saat terjadi apakarsa ( fase-naik ), maka tidak akan ada kemunculan seorang BUDDHA, karena manusia hidup lebih lama di dunia yang relatif makmur sehingga mereka telah puas dan tak berminat mendengarkan ajaran Buddha. Buddha hanya akan muncul pada fase turun, tapi tidak muncul saat jangka kehidupan manusia telah jatuh dibawah titik jangka kehidupan kritis, saat sikap dan mental manusia sangat inferior sehingga tidak bisa menerima ajaran Buddha. Jangka kehidupan kritis ditafsirkan beraneka ragam, ada yang menafsirkannya sebagai seratus ( 100 ) tahun, delapan-puluh ( 80 ) tahun, bahkan tiga-puluh ( 30 ) tahun. Zaman dibawah jangka kehidupan kritis disebut zaman kegelapan, yang dalam agama lain disebut “Akhir-Zaman”.
penjelasan ke lima tentang alam dan akhirat
Sesuai dengan kutipan di atas dalam sebuah Dvisahassi Majjhimanika lokadhatu terdapat 1.000 x 1.000 = 1.000.000 tata surya. Sedangkan dalam Tisahassi Mahasahassi lokadhatu terdapat 1.000.000 x 1.000 = 1.000.000.000 tata surya. Alam semesta bukan hanya terbatas pada satu milyard tata surya saja, tetapi masih melampauinya lagi. Terjadinya bumi dan manusia merupakan konsep yang unik pula dalam agama Buddha, khususnya tentang manusia pertama yang muncul di bumi kita ini bukanlah hanya seorang atau dua orang, tetapi banyak. Kejadian bumi dan manusia pertama di bumi ini diuraikan oleh Sang Buddha dalam Digha Nikaya, Agganna Sutta dan Brahmajala Sutta. Tetapi di bawah ini hanya uraian dari Agganna Sutta yang akan diterangkan. Vasettha, terdapat suatu saat, cepat atau lambat, setelah suatu masa yang lama sekali, ketika dunia ini hancur. Dan ketika hal ini terjadi, umumnya mahluk-mahluk terlahir kembali di Abhassara (alam cahaya); di sana mereka hidup dari ciptaan batin (mano maya), diliputi kegiuran, memiliki tubuh yang bercahaya, melayang-layang di angkasa, hidup dalam kemegahan. Mereka hidup demikian dalam masa yang lama sekali. Pada waktu itu (bumi kita ini) semuanya terdiri dari air, gelap gulita. Tidak ada matahari atau bulan yang nampak, tidak ada bintang-bintang maupun konstelasi-konstelasi yang kelihatan; siang maupun malam belum ada, ..... laki-laki maupun wanita belum ada. Mahluk-mahluk hanya dikenal sebagai mahluk-mahluk saja. Vasettha, cepat atau lambat setelah suatu masa yang lama sekali bagi mahluk-mahluk tersebut, tanah dengan sarinya muncul keluar dari dalam air.
<iframe height="480" src="https://drive.google.com/file/d/1CR75JPxQj9D-dAVZOePhVc6bYJtK41ZW/preview" width="640"></iframe><b><span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace; font-size: x-large;">
penjelasam ke emam tentang kebahagiaan
Setelah kita dapat mengerti atau memahami apa arti Buddha Dhamma, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya tadi, maka kita sudah dapat mengetahui bahwa tujuan hidup umat Buddha adalah tercapainya suatu kebahagiaan, baik kebahagiaan yang masih bersifat keduniawian (yang masih berkondisi) yang hanya bisa menjadi tujuan sementara saja; maupun kebahagiaan yang sudah bersifat mengatasi keduniaan (yang sudah tidak berkondisi) yang memang merupakan tujuan akhir, dan merupakan sasaran utama dalam belajar Buddha Dhamma. Banyak orang yang masih memiliki salah pengertian mengatakan bahwa,Agama Buddha (Buddha Dhamma) hanya menaruh perhatian kepada cita-cita yang luhur, moral tinggi, dan pikiran yang mengandung filsafat tinggi saja, dengan mengabaikan kesejahteraan kehidupan duniawi dari umat manusia.
Komentar
Posting Komentar